Hai..

Lama tak bercerita. Cerita dari hati, mungkin ada sekitar 6 bulan. Alasannya apa? Cukup sombong sih alasannya. Ehm, udah ngerasa cukup dapet penghasilan dari tempat kerja. Padahal, cerita di blog pribadi justru awalnya sama sekali bukan untuk alasan pundi-pundi. Sebenernya udah lama banget pengen cerita lagi, soalnya banyak banget nemu ide cerita. Tapi, lagi dan lagi pas buka laptop, malah terdistraksi sama hal lain yang sebenernya gak penting. Ujungnya, laptop nyala, music nyala, aku malah kebawa suasana tanpa menghasilkan apa-apa.

Nah, niat cerita kembali lagi, tepatnya setelah aku memutuskan berhenti bekerja. Alasannya? Cukup wajar dan cukup normal buat perempuan hamil yang sudah menginjak 32w. Udah bisa ketebakkan alasannya apa?

Aku punya hutang cerita cukup banyak. Dari draft yang gak berhasil jadi apa-apa karena ceritanya gak pernah kelar, cerita kedatangan kabar baik, melewati masa-masa morning sickness, pilih-pilih rumah sakit bersalin, ehm.. cukup banyak. Kira-kira aku bayar yang mana dulu?

Oke, aku pengen mulai cerita tentang hari ini. Saat aku duduk di depan laptop pada pukul 20.03 WIB, lagi dengerin lagu “Ku cinta kau apa adanya-cover Aulia” di youtube. Hari ini, aku seperti kembali ke masa-masa awal pernikahan. Saat gak punya pekerjaan dan gak punya penghasilan tetap. Bingung mau ngelakuin apa, mulai dari mana, yang intinya gak mau 100% ngandelin suami. *Haish.. padahal baru resign beberapa hari yang lalu, kenapa udah galau aja sih*.

Aku ceritakan dulu ya perjalanan hidupku yang agak membosankan. Maaf lho kalo bosan.

__________________________________________________

Dari awal aku dinyatakan lulus sekolah, aku sudah memutuskan untuk tidak bergantung kepada siapapun. Baik secara materi, tuntutan kebahagiaan, atau hal-hal lainnya. Aku mendedikasikan diri menjadi seorang mandiri, ya walaupun di perjalanannya sering kewalahan. Sering nangis dalam diam, berusaha kuat nopang beban sendirian. Tapi, kondisi dan keadaan memang menuntut aku juga buat mandiri. Ya, bisa dikatakan gak punya pilihan lain.

Karakter yang terbentuk sejak saat itu, mungkin membuatku pongah, sombong, dan merasa jatuh harga diri jika meminta sesuatu kepada orang lain. Istilahnya… “Ah… lebih baik kelaparan dari pada minta nasi sama tetangga”. Salah sih salah, tapi karakter itu yang pelan-pelan juga memaksa otak aku untuk selalu kerja keras. Biar gak susah.  Selain bekerja dari senin – sabtu dengan jam kerja yang cukup gila, aku juga melakukan berjualan apapun demi untuk dapat tambahan penghasilan. Dari mulai berjualan di facebook, twitter, instagram, tokopedia, sampai berjualan langsung di Car Free Day. Aku siap capek untuk mencukupi kebutuhanku, kebutuhan keluargaku, dan tentu selalu terlihat cukup. Walaupun mungkin isi dompet tinggal 10rb, aku tetap ingin terlihat cukup.

Nah, karakter yang dihasilkan dari perjalanan yang tidak sebentar itu aku bawa juga ke dunia pernikahan. Aku tetaplah bukan orang yang mudah meminta bantuan termasuk kepada suami, sama suami lho aku tetep punya gengsi. Jadi, yaa.. kalo ketemu waktu di mana aku gak punya kerjaan, gak punya penghasilan, kok ya rasanya nelangsa banget. Padahal kebutuhan suami udah tanggung. Tapi, sebagai perempuan, tentu ada kebutuhan lain yang gak ada di list suami atau di budget rumah tangga. Ada gak sih bu ibuk yang merasakan hal yang sama? Pengen kerja tapi merasa gak punya power.

Sebetulnya situasi kemarin mungkin anugerah. Allah ngasih aku kerjaan yang cukup, pekerjaan yang tenang, ya walaupun suasana kerja yang kurang kondusif. Tapi, sebagai seorang (calon) ibuk, ego segede apapun takhluk juga kalo berhadapan sama kata “yang terbaik untuk anak”. Nah, PR nya sekarang, aku harus menemukan lubang penghasilan lain untuk menstabilkan egoku. Biar tetep waras ya bu buibuk….

Ada saran gak sih, aku ngerjain apa?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here