Indonesiaku, cepat pulih. Aku tak ingin senyap. Tak suka sunyi. Tak suka menjarak. Meski kadang butuh waktu untuk istirahat sejenak. Hening sesaat. Tapi… Tak bisa jika harus berlama-lama.
Lekas pulih. Aku rindu menjajaki setiap sudut kekhas-anmu. Hiruk pikukmu. Rindu sibukmu. Rindu ramaimu.
Aku rindu berkumpul menciptakan cerita. Rindu berpeluk tanpa perlu menjaga jarak. Aku rindu
Indonesiaku, lekaslah pulih~
Puisi yang kutulis di instagram on March 26, 2020.
Pengennya nulis, “enggak berasa physical distancing ini uda berjalan hampir sebulan”, tapi ngerasa bohong banget. Karena nyatanya, berasa banget hampir dua bulan semua kegiatan di lakukan di rumah. Walaupun untuk orang rumahan sepertiku, physical distancing jika dilakukan dalam waktu yang lama, lumayan membuat bosan juga. Tapi, demi mendukung usaha pemerintah untuk menghentikan penyebaran covid-19, bosan, suntuk, ditelan aja dulu. Akan ada waktunya kok nanti, bisa ngemall lagi, nongkrong, bebas eksplor tanpa banyak khawatir. Semoga dalam waktu dekat. Duh, banyak banget hal yang sebelumnya dilakukan dengan mudah, sekarang jadi berasa mahal banget. Coba deh, sebelumnya mau ngemall gak perlu pikir panjang, mau makan bakso pinggir jalan, bersampingan sama orang asing, gak perlu khawatir berlebihan. Enak dan nikmat aja.
Berbeda dengan sekarang. Tapi bagaimanapun adanya covid-19 pasti membawa dampak positif juga. Meskipun dampak positif yang diberikan merupakan hasil paksaan. Contoh kecilnya penggunaan masker untuk aktivitas di luar, tata laksana bekunjung ke tempat umum, dan masih banyak lagi. Meski sebagian besar perubahan cepat yang terjadi karena dorongan rasa takut, tapi hasilnya cukup membawa hal baik. Banyak yang lebih memperhatikan kebersihan, etika batuk dan bersin, dan lain sebagainya.

Bagi seorang ibu yang memiliki anak di bawah 2 tahun sepertiku, covid-19 juga memaksaku untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi imunisasi saat pandemi. Ya, meski sedang pandemi, IDAI tetap menghimbau agar bayi atau anak tidak menunda pemberian vaksin(kecuali untuk beberapa kategori vaksin yang bisa ditunda)
Selama pandemi Kavya juga tetap melakukan vaksinasi sesuai jadwal. Beryukurnya RS tempat Kavya vaksin sudah menetapkan kebijakan pemisahan pasien sakit dan pasien sehat. Jadi, ya khawatirnya lumayan berkurang. Buat ibu-ibu juga jika akan melakukan vaksin di Rumah Sakit, pastikan Rumah Sakit yang ibu pilih sudah menetapkan kebijakan tersebut.
Nah, vaksin di kala pandemi memang memiliki prosedur yang lebih ketat. Enggak hanya di jalankan rumah sakit, sebagai orang tuapun aku harus lebih teliti dalam memilih tempat vaksin. Berdasarkan pengalaman, karena Kavya tetap melakukan vaksinasi sesuai jadwal di Rumah Sakit, aku pengen share beberapa yang perlu dilakukan sebagai ibu saat hendak dan sesudah vaksin di Rumah Sakit.
Pahami gejala dan cara penyebaran covid-19
Lagi pandemi seperti sekarang, agar bisa menjaga keluarga dari wabah covid-19, aku juga harus membekali diri dengan informasi terupdate tentang gejala corona atau covid-19 dan cara penyebarannya. Pasalnya virus corona terus bermutasi sehingga gejala dan cara penyebarannya juga bisa berubah. Enggak hanya sebatas paham, selanjutnya aku perlu mencegah agar keluarga enggak terkena wabah covid-19, dari mulai menjaga asupan nutrisi keluarga, lebih memerhatikan kebersihan rumah, pakaian, dan tentu lebih bawel jika urusan cuci tangan dan penggunaan masker. Lebih bawel lagi…. (senyum devil ke suami)

Hindari kontak langsung dengan orang atau benda di tempat umum
Nah, karena penyebaran covid-19 dari droplets yang terpercik bisa saja mengenai benda-benda di sekitarnya, maka sebisa mungkin hindari kontak langsung dengan benda di tempat umum. Karena droplets bisa saja menempel di lift, jatuh di kursi, pegangan pintu, bahkan di lantai.
Waktu Kavya imunisasi pertama kali saat pandemi, sebisa mungkin tanganku hanya digunakan untuk menggendong Kavya. Untuk urusan pendaftaran, mijit tombol lift, semua dilakukan suami. Hal ini aku lakukan agar lebih terkontrol.
Pilih fasilitas kesehatan yang sudah menetapkan kebijakan physical distancing
Sebenarnya aku lebih prefer ke rumah vaksin, tapi karena Kavya masih ada jadwal konsul terkait berat badannya, aku tetap harus datang ke rumah sakit seperti biasa. Karena jadwalnya bebarengan dengan pemberian vaksin PCV 3 untuk Kavya, Ya sekalian lah.
Nah, pemilihan faskes ketika pandemi seperti ini penting banget. Syukurlah RSIA Menteng sudah menetapkan kebijakan physical distancing. Di pintu masukpun sudah diberlakukan pemeriksaan suhu tubuh dan disediakan hand sanitizer. Petugas medis di sini juga sudah dilengkapi APD dari mulai masker, dan kaca pelindung wajah. Enggak hanya itu, kursi-kursi dan lift juga sudah diberlakukan aturan social distancing. Dan yang terpenting, di sana juga sudah menetapkan kebijakan pembatasan kunjungan dan pemisahan pasien sakit dengan pasien sehat.
Mandi dan berganti pakaian setelah tiba di rumah
Jika sebelumnya setelah tiba di rumah, sempat leha-leha terlebih dahulu, lain hal saat pandemi. Walaupun capek, aku harus bergegas mandi dan berganti pakaian. Sementara itu, suami duduk di luar sambil menggendong Kavya. Setelah selesai, aku memandikan Kavya. Suami? Masih tetap duduk di luar.
Aturannya, setelah tiba dari luar, sebelum mandi dan ganti pakaian, jangan dulu duduk di dalam rumah. Sebisa mungkin hindari menyentuh barang di dalam rumah. Setelah selesai dengan Kavya, aku berlanjut menyemprot barang-barang yang tadi di bawa ke Rumah sakit, dari mulai dompet, tas, sandal, sepatu, semuanya. Sementara itu, giliran suami mandi.
Ah, pergi ke luar rumah saat pandemi sangat-sangat merepotkan. Jujur, jika ritual saat tiba di rumahnya sepanjang dan selelah ini, aku lebih memilih di rumah saja, terlebih membawa Kavya. Jika konsultasinya bisa dilakukan online, ya aku pasti lebih memilih online. lebih aman, gak perlu ke luar rumah dan enggak repot. seperti keluhan alergiku.
Cerita sedikit. Belakangan alergiku kambuh. Kaki sampai paha banyak bentol-bentol kecil yang gatalnya subhanallah, bener-bener nikmat kalo digaruk. Karena repot dan ribetnya ritual itu, akhirnya aku memilih untuk konsultasi online lewat Halodoc.

Sebelumnya aku sudah beberapa kali menggunakan Halodoc. Dari mulai keluhan Kavya yang sifatnya ringan, keluahan aku, kalo perlu informasi valid dan gak mau ribet ya chat dokter di aplikadi Halodoc. Jika sebelumnya aku enggak pernah sampe minta resep, lain hal dengan kasus alergiku. Kali ini, aku bukan hanya perlu jawaban valid, tapi aku juga perlu salep, atau obat untuk meminimalisir rasa gatal.

Buat aku, Halodoc di masa pandemi ini bener-bener membantu banget. Jadi bisa semakin meminimalisir ke luar rumah. Perlu obat, Tanya obat, ada keluhan, kalo ringan ya tanya dokter di Halodoc aja. Nanti, jika diiperlukan dokter akan meresepkan obat, dan obatnya bisa diantar lewat aplikasi gojek. Kita, tinggal nunggu di rumah deh. Itu sepenggal pengalamanku.
________
Simpulannya, selagi bisa di rumah, ya di rumah aja. Jika terpaksa harus ke luar terutama untuk kebutuhan vaksin anak, coba lakukan hal-hal di atas untuk mencegah penularan covid-19. Salam waras 🙂