Purwokerto itu cantik banget…

Itulah hal yang aku sadari saat mengitari suasana malam di  kota Purwokerto. Keramaiannya gak bikin pengen menyendiri, dan kehangatan kotanya membuat siapapun yang berkunjung ingin membaginya. Bukan malah menggenggam kehangatan itu sendirian.

Keramahan penduduknya, membuatku selalu ingin menyunggingkan senyum. Membalas luwesnya unggah-ungguh yang akhirnya membuatku setuju, Jawa adalah raja tatakrama.

Aku ingat, suasana magrib yang tenang hingga kedamaiannya bisa sampai ke hati. Aku ingat, langkah-langkah besar menuju masjid, sebagai jawaban seruan berkumandangnya adzan. Aku ingat, betapa di sana bisa menunda percakapan dan mendahulukan seruan adzan. Aku ingat ketenangan itu. Ketenangan yang berhasil membuat aku lupa hawa panasnya ibu kota.

Dengan menjadikan Purwokerto sebagai kota pelarian dari rutinitas dan orang-orang yang sempat ingin aku maki dengan penuh rasa kesal, adalah sebuah perjalanan menemukan kedamaian. Yang bukan hanya berhasil membuat aku lupa dengan kata pulang, tapi juga sebuah perjalanan menemukan sebuah rumah.

Aku tak ingin munafik. Perjalanan ke sana adalah bukti akan kebosananku menghadapi konflik pekerjaan yang semakin hari semakin membuatku  kehilangan jati diri. Dan, aku tak mungkin lupa, perjalanan ke sana adalah bukti rasa sakit dari setiap omongan-omongan yang tak mampu aku hadapi selain dengan makian yang sayangnya hanya berani aku ledakan di dalam kepala.

Maka… setahun berlalu, aku ingin bilang….

Jika kamu ingin berlari, sekedar membuat hatimu menemukan rumah untuk sejenak tidur lelap tanpa rasa sakit dan peliknya pikiran yang membuatmu ingin teriak, lakukanlah! Ikuti kaki dan hatimu kemana harus berjalan, kembalikan pada alam. Karena setidaknya, alam bisa menenangkan meski tak bisa membuat masalahmu selesai.

Itulah yang pada akhirnya membuat aku berani mengendong ransel di Stasiun pasar senen menuju Purwokerto. Dan beruntungnya, seleksi alam memilih Rizka menjadi teman perjalanan yang super menyenangkan.

Kenapa ku bilang Purwokerto itu cantik?

Coba deh ya, kalo kamu traveling ke daerah baru, jangan hanya fokus dengan tempat wisata. Jangan hanya berfokus dengan foto-foto ciamik, atau pemandangan fantastis. Coba deh kamu liat dari sisi lain, dan coba berbaur dengan kehidupan di sana.

Karena emang aku gak begitu excited dengan foto-foto ciamik, ya bukan munafik.. tapi sebagai perempuan yang rajin posting di sosial media, aku juga butuh foto-foto ciamik untuk penunjang, tapi yang lebih bisa menjawab pertanyaan yang kamu harapkan bisa ditemukan di tempat baru, menurutku adalah dengan melihat kehidupan di sana. Kepribadiannya dan kebiasaan-kebiasaanya.

Kamu tak akan menemukan ketenangan hanya dengan berfoto berlatar air terjun, tapi justru kamu menikmati ketenangan dengan mendengar suara jatuhnya air dari ketinggiannya bukan? Kamu tak akan menemukan ketenangan hanya dengan berganti fose di atas bukit berlatar hamparan kerlap-kerlip lampu kota, tapi justru dengan duduk di warung tenda, minum ronde, ngobrol-ngobrol ringan atau bahkan hanya duduk diam, merenung di atas rerumputan sambil melihat kerlap-kerlip kota. Atau justru kamu menemukan jawaban saat kamu menelusuri pasar yang ramai. Atau, justru kamu menemukan jawaban lewat ramainya tenda nasi kucing yang dengan kesederhanaanya mampu membuat pengunjung berdatangan, kembali berdatangan untuk kesekian kali.

And, aku ingin bilang…. Kalo masalah pemandangan, Purwokerto juga juarak.

Punya Telaga Sunyi yang air dan kesunyiannya bikin hati pengen berlama-lama, bikin kaki pengen terus berendem di bening dan segernya air telaga.

Punya Terenggolasih yang pemandangannya bikin mata gak bererti ingin terus memandang. Apalagi menjelang magrib, asli… waktu pergantian sore ke malam di sana tuh kayak magic hours. Udaranya, kabutnya, dan tentu lampu-lampu kota yang mulai menyala. Cantik!

Dan buat kamu yang suka sama air terjun, Purwokerto juga punya Curug Jenggala, yang jatuhnya air seperti nyanyian alam yang akan sangat amat dirindukan saat kamu kembali ke ibu kota.

Dan… dengan semua yang dimiliki, makan tempe mendoan di Purwokerto aja tuh berasa nikmat banget. Kalah deh rendang.

Aku gak jago kalo ngomongnin tentang makanan atau tempat wisata. Dan, satu simpulannya… Puwokerto itu cantik.

Nanti, akan aku bahas tentang wisatanya. Biar ngiler.

3 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here