Ini adalah pengalaman pertamaku menyapih. Sebelumnya aku pengen ngucapin terimakasih buat Kavya yang udah bersedia lepas ASI, yang udah mau bekerja sama, sehingga membuat semua prosesnya terasa lebih mudah. Selalu aku tekankan sama Kavya; meskipun kavya udah gak nen lagi, kapanpun Kavya pengen ibu peluk, pengen deket ibu, ibu akan selalu ada. Ibu akan tetap sayang sama Kavya, no matter what.

Hari ini sudah hampir sebulan Kavya lepas ASI. Jujur, aku masih nggak nyangka bisa punya tekad sekuat itu, dan bisa melalui semua prosesnya dengan lancar (berkat kerjasama yang baik dengan Kavya). Kadang saking terasa lancarnya, aku sampe mikir, “Kenapa nggak dari dulu aja ya, pas 2th. Kenapa ditunda terus. Padahal ternyata menyapih itu nggak semenakutkan itu”.
Tapi balik lagi… menyapih itu proses yang bukan hanya perlu kesiapan aku seorang, tapi juga Kavya, dan keluarga yang tinggal satu rumah dengan kita. 11 Januari 2022 itulah timing yang tepat di mana kami benar-benar siap.
Sebetulnya aku berniat menyapih Kavya tepat di usianya yang ke-2th. Demi melancarkan niatku, jauh-jauh hari sebelumnya, aku sudah sounding lebih dulu. Namun, saat waktu yang dijadwalkan tiba, masih ada perasaan enggak tega. Terlebih makin hari, Kavya makin gencer nennya. Waduh, makin susah lepas deh, batinku.
Tapi ada yang berbeda di hari itu. Hari saat aku memutuskan dengan tekad kuat untuk menyapih Kavya. Entah dari mana kekuatan itu datang, tiba-tiba usai menelpon mamah dan ngmongin perkembangan Kavya, ngadu tentang Kavya yang makin gencer nennya, dan obrolan ngalor-ngidul antara anak dan ibu, awalnya tampak biasa aja. Selang beberapa menit, tiba-tiba aku langsung wa mamah;
“Mah, bismillah… Kavya ayeuna ek mulai disapih”. (Mah, bismillah.. Kavya sekarang mau mulai disapih)
Hari Pertama Menyapih
11 Januari 2022, siiang pertama Kavya tidur tanpa nen. Alhamdulillah no drama. Enggak ada nangis-nangisnya. Kavya cuma minta digendong sambil bilang; “Ibu, dedek udah besar tidak boleh nen. Ibu, dedek mau gendong ibu aja, dedek mau bobo”. Emang sih lumayan lama proses bobonya. Tapi aku udah siapin stok sabar, bahkan udah siap kalo sewaktu-waktu Kavya nangis kejer minta nen. Jadi, kalo cuma sebatas gendong mah, ta jabanin. Piikirku.
Waktu berlalu. Satu dua lagu aku senandungkan berulang, kira-kira hampir 45 menit sampai akhirnya Kavya sudah mulai tertidur. Pelan-pelan aku baringkan Kavya di tempat tidur, dengan posisi masih didekap biar nggak kaget atau kebangun karena masih ngerasa ‘ada’ aku.
Fyuuh… akhirnya.. semangat shinta. Aku terus menyemangati diri karena sadar ini baru permulaan. Berdasarkan pengalaman banyak orang, puncaknya menyapih itu di malam hari dan akan terjadi selama 3 malam berturut-turut. Ini baru permulaan, semoga nanti malam Kavya juga gampang bobonya. Enggak papa deh gendong juga, yang penting enggak nangis.
Setelah satu jam Kavya tidur, Kavya sempat terbangun dan mulai meraba bagian dadaku. Aku langsung buru-buru mengusap2 kepalanya. Dia mulai gelisah… akhirnya kugendong lagi, karena diusap-usap aja enggak mempan. Kira-kira setelah 15 menit aku gendong barulah Kavya terlelap lagi dan kembali kubaringkan di tempat tidur.
2,5 jam berlalu. Kavya bangun. Seperti mantra atau ia juga berusaha menyemangati dirinya, di saat ia mulai pengen nen, Kavya selalu bilang, “Dede udah besar, udah enggak boleh nen lagi ya bu. Dede mau susu aja. Susu cokelat.”
Siang itu berlalu terasa mudah. Sampai tiba di malam hari, setelah minta digendong dan nggak kunjung tidur, padahal matanya sudah lelah, Kavya minta diupuk-upuk (sebutan untuk menepok-nepok pahanya, sambil dielus-elus rambutnya). Jam tidur Kavya sudah terlewat. Sudah lebih dari 1,5 jam tapi Kavya belum tidur juga. Kavya mulai gelisah, sangat gelisah. Bolak-balik minta susu, minta gendong, upuk-upuk lagi, sampe akhirnya dia merengek minta nen. Aku putuskan untuk menggendong Kavya lagi. Kavya nangis minta turun, minta nen, tapi aku tetep gendong Kavya, sambil bilang, “Dek, dede kan udah besar ya, udah enggak nen lagi. Ibu sayang sama dede. Ini ibu peluk dede. Dede bobo ya, ibu peluk”. Ini pertama kalinya Kavya nangis sampe tertidur. Ku tengok jam, ternyata sudah hampir tengah malam. Sudah jauh melesat dari jam tidur Kavya.
Perjuangan hari pertama tidak berakhir sampai di situ. Jam 2 malam, Kavya terbangun. Kembali menangis, dan kali ini lebih kejer. Aku coba tenangin dengan menawarkannya air putih, tapi ditolak. Susu, ditolak. Sambil nangis kavya bilang, “Enggak mau susu. Dede mau nen ibu”. Pyaar… Pertahananku hampir jebol, air mataku juga ikut turun. Sambil kubisikan bismillah, alfatihah, sampe kalimat-kalimat sayangnya seorang ibu. Bolak-balik gantian gendong antara aku sama ayah Kavya. Kavya masih tetap nangis. 20 menit berlalu, karena mungkin udah capek ditambah mengantuk, akhirnya kavya bilang, “Ibu, dede mau digendong ibu.” Enggak lama setelah digendong, Kavya kembali tidur.
Kupikir hari pertama sudah berakhir. Ternyata jam 4 subuh, Kavya kembali terbangun. Gerakan tidurnya terlihat gelisah, sampe kembali pecah tangisnya. Drama di atas kembali terulang di dini hari.
Hari Kedua Menyapih
12 Januari 2022. Ini hari kedua kami menyapih Kavya. Di mulai dari jam 8 pagi setelah bangun tidur, karena ini adalah jadwal nennya Kavya. Alhamdulillah… pagi itu berlalu tanpa drama. Terbantu karena Kavya bermain dengan temannya, jadi lupa minta jatah nen. Pulang main, langsung minta makan dan minum susu.
Siang harinya drama kedua pun dimulai. Mungkin karena udah kangen banget pengen nen, jadi pas mau tidur siang nangis lagi. Padahal siang kemarin, bisa tidur tanpa drama. Seperti biasa, dalam keadaan Kavya nangis, aku tetep gendong berharap lekas tidur. Butuh waktu sekitar 30 menit, sampai akhirnya yang tersisa hanya isakan, lalu pelan-pelan hilang dan Kavya tertidur.
Tidur siang kali ini enggak terdistraksi. Kavya tidur pules selama kurang lebih 2jam, dan terbangun sekitar jam 3 sore. Minta susu, dan minta keluar untuk bermain. Kavya mulai belajar membiasakan diri buat nggak nen. Dia belajar mengganti runititas nen dengan minta susu UHT lalu bermain.
Malam pun tiba. Aku mulai deg-degan dan bersiap menerima drama seperti tadi malam. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, sudah dibacakan buku cerita, minum susu, diupuk-upuk, tapi Kavya belum juga mengantuk. Gelisah… guling sana, guling sini. Muter sana… muter sini, nyari posisi yang paling nyaman untuk tidur. Tapi enggak berhasil. Sampe akhirnya dia bilang, “Ibu, dede mau digendong ibu aja bobonya.” Segera kuambil jarik, lalu kugendong sambil bersenandung. Enggak butuh waktu lama, 15 menit setelahnya, Kavya tertidur.
Di malam kedua, Kavya hanya terbangun sekali pada jam 2 malam. Sebelum menangis, aku langsung menggendong Kavya. Sambil kutawarkan minum air putih dan susu. Kavya menolak, dan memilih bobo digendong ibu aja. Aku sempat bergantian dengan Ayahnya Kavya, tapi Kavya maunya digendong ibu. Kavya kembali tertidur setelah sekitar 30 menit aku gendong. Ahamdulilah hari kedua berlalu.
Hari Ketiga Menyapih
Hari ketiga disapih, Kavya mulai beradaptasi dengan kebiasaan barunya, dan udah enggak minta nen lagi. Tidur siangpun, Kavya hanya digendong sebentar, lalu minta diupuk-upuk aja. Kali ini Kavya tidur siang selama 3 jam, dan alhamdulillah tanpa terdistraksi. Lelap banget tidurnya.
Di hari ke tiga ini lebih mudah dari hari-hari sebelumnya, begitupun dengan tidur malam. Seperti sudah mengerti dan menerima kalo dia udah enggak boleh nen, jadi sebelum tidur Kavya selalu minta susu dulu, biar keyang mungkin pikirnya.
“Ibu dede mau bobo, minum susu dulu ya bu.” Satu gelas UHT cokelat habis, 15 menit diupuk-upuk, Kavya tertidur. Kali ini tidurnya pun lebih nyenyak, enggak terlihat gelisah sama sekali. Kavya kembali gelisah sekitar jam 4 subuh, tanpa menunggu terbangun, aku langsung mendekapnya. Alhamdulillah berhasil.
__________
Hari-hari berikutnya berjalan lebih mudah. Kavya udah jarang minta gendong saat mau tidur, cukup minta diupuk-upuk aja. Kalo mulai gelisah saat tidur, aku langsung dekap dan Kavya kembali tenang. Minum susu satu gelas sesaat sebelum tidur malam, jadi kebiasaan barunya. Dan enggak terasa kebiasaan ini sudah berjalan hampir satu bulan lamanya.
Well, akhirnya kita berhasil Nak. Akhirnya aku bisa, Kavya bisa. Dan ternyata… anak sangat pintar. Aku takjub, karena Kavya bisa semudah itu mengerti intruksi, dan menerima kebiasaan barunya. Setelah disapih, Kavya tidurnya lebih nyenyak. Jam 10 malam sudah tidur, dan bangun jam 7 pagi. Tidur siang jam 1, lalu bangun sekitar jam 3 atau 4 sore.

Untuk tambahan, beberapa tips di bawah ini semoga bermanfaat untuk moms yang mau menyapih si kecil. Ini berdasarkan pengalaman aku ya.. semoga berkenan.
- Niat yang kuat
- Kesiapan mentan, fisik, baik ibu dan si kecil. Lebih baik tunda menyapih, jika si kecil sakit.
- Sounding sejak dini. Ini bermanfaat banget biar si kecil siap karena udah tertanam apa itu menyapih, dan bagaimana prosesnya.
- Ganti aktivitas menyusu dengan kegiatan menyenangkan
- Yakinkan si kecil dengan kalimat-kalimat positif, dengan bahasa sayangnya ibu, dan tunjukkan lebih lagi rasa cintanya ibu terhadap si kecil. Bisa dengan lebih sering memeluk, mencium saat si kecil bangun atau hendak tidur.
- Libatkan suami
- Sabar. Yakin aja… yang sulit segera berlalu. Sabar selama 3hari. Yakin.. pelan-pelan si kecil akan terbiasa. Ini juga yang aku tanamkan saat proses menyapih.
