Selamat pagi matahari Jakarta, sepagi ini aku dan suami sudah ada di tengah-tengah kemacetan Ibu Kota. Menyatu dengan kerumunan kendaraan yang panasnya knalpot mengalahkan kehangatan mentari Ibu Kota.

Ada hal baru yang akan aku pelajari pagi ini. Tentang sebuah financial berbasis technologi yang memang perkembangannya di Indonesia sedang mengalami peningkatan.

Tidak diragukan lagi, dalam perkembangannya Indonesia memang sedang menuju era digital. Sebuah era di mana semua pelayanan serba mudah. Ketika lapar, tak perlu keluar rumah dan tak perlu berlelah-lelah memasak. Ketika butuh angkutan, tak perlu lagi mencari halte atau jalan raya. Ketika ingin berbelanja, tak perlu lagi mengitari tempat pembelanjaan. Sehingga sampai pula di masa, Ketika perlu uang, tak perlu lagi sibuk mencari pinjaman ke mana-mana, yang ujungnya hanya berbuah kecewa. Inilah yang akan aku bahas di tulisan kali ini. Sebuah hasil dari perkembangan teknologi yang kemudahannya bisa kita nikmati untuk meminjam uang.

Jika berbicara tentang kebutuhan, manusia memang sumber dari kebutuhan yang tidak ada habisnya. Kadang kebutuhan tidak mengenal kondisi perekonomian. Tidak mau tahu tanggal tua atau muda. Tidak ingin mengerti apakah kita punya uang cukup atau hanya sebatas untuk membeli seporsi mie instan di warung kopi. Kebutuhan-kebutuhan yang lahir dari situasi darurat, yang kadang menempatkan kita pada posisi “Nyari uang kemana lagi ini”. Seperti itulah realitanya.

Anak kost, ibu rumah tangga, karyawan, freelancer, PNS, rasanya hampir semua pernah mengalami kondisi darurat butuh dana cepat untuk menutupi kebutuhan. Entah itu menyambung hidup sampai tanggal gajihan, menutupi tagihan bulanan yang gak bisa dibayar, modal mengembangkan bisnis, sampai biaya-biaya darurat lainnya.

Mencari pinjaman saat darurat, kadang gak semudah nemuin warteg. Datang ke teman saat tanggal tua, hanya berakhir dengan bekal kata “maaf gak bisa bantu, aku juga lagi seret belum gajian”. Datang ke bank konvensional, dengan penghasilan terbatas apalagi tak tetap seperti seorang freelancer, apakah bank akan memberi kepercayaan dengan memberikan pinjaman dalam waktu yang cepat.

Kesempatan inilah yang diambil alih oleh pihak “uangteman”, sebuah platform financial technology yang memberikan pinjaman kecil dengan jangka pendek.

Media Workshop, Memahami Bisnis P2P lending – Cash Low

Mengenal UangTeman sebagai salah satu Fintech di Indonesia

Inilah yang aku pelajari pada, 30 Agustus 2018 kemarin di  Kantor UangTeman. Sebuah kantor yang eyes catching banget menurutku, dengan design kekinian, dan sofa warna kuning yang dipajang di depan menjadi point of view saat awal masuk.

Perkembangan teknologi memang selalu memberikan kemudahan. Termasuk dalam hal fintech yang merupakan hasil gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi yang mampu mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat. Dengan adanya fintech, kegiatan ‘membayar’ tidak harus tatap muka sambil menyerahkan uang dalam bentuk  kas. Adanya fintech mampu memberikan kemudahan transaksi dengan hanya bermodal teknologi yang terhubun dengan internet. Itulah kemudahan di era digital dalam segi financial.

Sebagai orang awam mengenal fintech, pikiranku menyimpan banyak pertanyaan saat memasuki lift menuju lantai 5 gedung 88 Office di Bilangan Jakarta.

“Pinjaman tanpa tatap muka, kok bisa?”

“Gimana sih proses pengajuan dananya?”

“Gimana cara membangun trust ke konsumen atau sebaliknya sementara tatap muka aja enggak?”

Mungkin pertanyaan ini juga menjadi pertanyaan kamu yang baru mengenal fintech sepertiku. Dan untungnya, aku mendapat kesempatan belajar tentang salah satu fintech di Indonesia. Tema yang diangkat kala itu adalah memahami bisnis p2p lending.

Acara ini dipandu oleh Bapak Dino Martin dengan menghadirkan beberapa narasumber seperti  Aidil Zulkifli selaku CEO UangTeman, Bapak Sunu Widyatmoko selaku ketua bidang pinjaman cash loan aftech dan Bapak Aji Satria Sulaeman selaku direktur aftech (asosiasi fintech Indonesia).

Bapak Sunu Widyatmoko selaku ketua bidang pinjaman cash loan aftech
Bapak Sunu Widyatmoko selaku ketua bidang pinjaman cash loan aftech

Belum selesai pertanyaan tentang uangteman, muncul istilah baru, p2p lending atau peer to peer lending. Nah, ternyata peer to peer lending itu adalah mekanisme peminjaman yang dananya berasal dari investor yang berhubungan langsung dengan peminjam yang dilakukan secara online. Sedangkan startup fintechnya hanya sebagai wadah  yang mempertemukan pemberi pinjaman dengan si peminjam. Seperti itulah posisi uangteman.

Menjawab pertanyaan tentang bisa gak si meminjam uang tanpa tatap muka? Jawabannya sangat bisa. Di era digital di mana gaya hidup masyarakat didominasi oleh pengguna teknologi informasi sebagai tuntutan hidup yang serba cepat, adanya sebuah layanan meminjam uang tanpa tatap muka adalah bukti nyata dari perkembangan itu sendiri. Salah satunya uangteman yang telah memiliki jumlah nasabah lebih dari 50 ribu nasabah.

Saat ini uangteman telah tersedia di 18 kota di Indonesia dan sudah memberi pinjaman lebih dari Rp. 60 miliar. Setiap bulan uangteman mengalami pertumbuhan sekitar 10-20%. Kehadiran uangteman, disambut cukup baik oleh individu yang memang  membutuhkan pinjaman lebih cepat dan praktis dalam skala kecil ( Rp. 1 juta – Rp. 4 juta) dengan jangka waktu pendek yakni 30 hari maksimal.

Jika berbicara tentang proses pengajuan dana, sama seperti proses pinjaman dari tempat lainnya, meminjam uang di uangtemanpun ada proses pengisian data-datanya. Meski semuanya dilakukan secara online, data-data yang dikirim melalui aplikasi tetap akan dilakukan pengecekan terlebih dahulu dengan menggunakan teknologi canggih dalam memilih nasabah seperti algoritma teknologi.

Berbicara tentang asas kepercayaan, baik offline maupun online, asas kepercayaan merupakan ikatan paling penting. Ikatan kepercayaan dalam pinjaman offline bisa mengandalkan hubungan psikologis seperti teman atau keluarga. Sedangkan dalam pinjaman online, sangat mengandalkan keterbukaan kedua belah pihak agar tidak terjadi predatory lending. Yakni, sebuah praktik dalam traksaksi pinjam meminjam yang tidak adil, menipu atau curang.  Sebagai pemberi pinjaman yang baik tentunya harus transparan mengenai ketentuan-ketentuannya, begitupun dengan si peminjam demi kelancaran proses kedepannya.

Aplikasi uang teman bisa kamu download di Play Store

Oh ya, karena perkembangan fintech di Indonesia itu pesat banget sehingga jumlahnya banyak banget, kita sebagai konsumen dituntut cerdas saat memilih meminjam uang lewat fintech. Pastikan fintech yang kamu pilih telah terdaftar di OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sebagai bentuk payung perlindungan kamu. Karena di Indonesia tuh banyak banget fintech illegal yang belum terdaftar secara resmi di OJK.

Satu lagi… dengan banyaknya kemudahan di era digital ini, pastikan juga kamu dibekali pengetahuan agar tidak memakan mentah segala bentuk kemudahan itu. Sikap bijak di era digital ini sangat diperlukan agar tidak tergerus perkembangan. Termasuk ketika memutuskan meminjam uang baik melalui fintech atau lembaga konvensional lainnya. Karena masa depan kamu adalah milik kamu.

Tiba di akhir catatan, itulah sekiranya ilmu yang aku dapat dalam media workshop yang diselenggarakan oleh uangteman. Workshop diakhiri dengan kepala penuh ilmu baru yang cepat ingin aku bagikan, dan perut mulai keroncongan bertanda sudah memasuki waktu makan siang.

Selamat makan siang, dan semoga bermanfaat!

11 COMMENTS

  1. Teknologi memang bisa mempermudah aktivitas kita ya, termasuk munculnya fintech. Tapi tetep harus bisa memilah mana yang cocok untuk kita dan pastinya kalau pilih perusahaan fintech untuk pinjaman harus tau dgn jelas informasinya jgn smpai kita menyesal di akhir.

  2. Senang ya mbak ada aplikasi bantuan darurat kaya gini, pas butuh. Kebayang deh kalau lagi kefefet, gak ada yang dimintai tolong. Yang penting teliti memilih lembaga keuangan, harus yang sudah terdaftar di OJK. Biar aman

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here