Tahun lalu, kita pernah berhayal bersama. Di kedai kopi daerah kemang. Malam itu Bulang melengkung dengan sempurna. Semburat sinarnya sampai di teras-teras kota. Jam sudah menujukkan pukul 02.00 dini hari. Aku dan pria di depanku enggan beranjak pergi. Aku masih ingat tatapan itu. tatapan yang saat itu aku yakini sebagai perwakilan tatapan tulus.

          Malam itu seolah semesta turut mendukung semuanya. menjadi saksi bisu atas bahagia yang meluap-luap jauh di dalam hatiku. Aku ingat bagaimana kamu becanda pagi itu. Mulai dari makanan favorite kamu yang jelas-jelas berbeda denganku. Aku si pecinta seafood dan kamu yang ogah-ogahan dengan seafood. Kamu suka keramaian dan aku pecinta kesendirian.

           Malam itu kamu menjemputku seusai melaksanakam sholat taraweh. Kira-kira jam sepuluh malam, pertama kali kamu mengenalkan tempat itu. Tempat yang katamu jadi tempat terbaik untuk menghabiskan waktu. Aku hanya bisa mengikuti. Sambil menunggu waktu shaur, kita mengobrol kesana-kemari. Di awali obrolan ringan sampai obrolan berat dimana kamu mengutarakan mimpimu untuk menikahiku. Mulai dari rencana-rencana kecil perihal pengenalan kedua keluarga, resepsi, rencana tempat tinggal, tabungan bersama, mengajukkan deposito, asuransi untuk masa depan sampai hal besar tentang pandangan mendidik anak. Kamu yang membebaskanku untuk tetap bekerja di kantor dan aku yang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga secara utuh, aku yang siap mengabdikan hidupku untuk merawat anak-anak dan juga memperhatikkan pertumbuhan detailnya. Kamu mungkin tak tau, obrolan pagi itu adalah obrolan mimpi-mimpi besarku yang mampu membuka bahagia yang begitu nyata. Mungkin kamu tak sempat melihat sinar mataku yang begitu antusias mendengarkanmu. Kamu mungkin tak pernah tau, aku begitu serius menanggapinya.

          Mendekati pukul 2 dini hari, kamu memintaku untuk meyakini rencana indah itu. Memintaku bersedia untuk selalu mendampingimu dalam segala keadaan. Kamu mungkin tak tahu, bahagia itu meluap-luap dalam hati sampai aku lupa menyentuh greentea latte kesukaanku. Padahal kamu saja, sudah menghabiskan 2 gelas coffe hitam. Apakah malam itu kita berhayal terlalu jauh ? Atau kita hanya terbawa suasana ? Alunan music pop itu apa menyeretmu untuk berkata yang sebenarnya tidak begitu kamu inginkan ? Dan dingin malam itu, membuatku berharap banyak padamu ?

          Setelah dialog malam itu, fikiranku dipenuhi segala perbekalan menuju kesana. aku mulai banyak membaca artikel cara mendidik anak, artikel menjadi istri yang baik, ah.. pokoknya aku mempersiapkan lahir dan bathinnya. sampai aku sepakat dengan diriku, untuk menyisihkan 1 juta dari penghasilan tiap bulan untuk masa depan kita. Ya, katanya kamu akan segera membuka tabungan bersama dengan ku. Segera mengurus deposito. Aku yang kesana-kemari mulai mengunduh banyak informasi tentang asuransi kesehatan, asuransi dana pensiun. Kamu yang mulai sering mengirim email brosur tagihan rumah, mendalami tentang KPR. Sungguh aku benar-benar menikmati proses itu.

           Sekarang saja aku masih senyum-senyum sendiri jika menyambangi tempat itu dengan teman-teman. Bahkan dalam ramaipun, bayangan mu masih jelas merajuk memintaku mengunduh lebih banyak lagi ingatan itu. Aku tak suka itu, tapi indahmu mampu membujukku.

“Kita tinggalin jakarta, kita pilih hidup tenang di kampung. Bangun keluarga yang nyaman, tenang, dan aku mau rumah kita ramai dengan bacaan alqur-an. Aku mau nasehat-nasehatmu membentuk karakter terbaik untuk anak-anak kita. Kamu mau kan ? Kamu gak keberatan kan ? pasti menyenangkan pulang ke rumah masakan uda tersedia, lihat anak-anak yang tumbuh dengan baik.” matamu menerawang, seolah benar-benar menghidupkan mimpi-mimpi itu. Aku hanya bisa menganggukkan kepala.

            Saat itu kamu terlihat visioner. Segala pengeluaran sudah kamu rancang. Mulai dari memiliki tabungan bersama. niat berwirausaha untuk ku sekedar menghilangkan jenuh.

“Setahun. Kamu mau tunggu setahun kan ?” Simpulmu mantap setelah menghitung jangka waktu pencairan deposito yang sengaja akan kamu ambil dalam kurun waktu 6 bulan kedepan. Kamu berniat akan menggunakannya untuk dp rumah. Aah.. rasanya jika aku mengingat rencana-rencana dulu denganmu terlalu indah. Terlalu muluk.

           Mimpi-mimpi itu membuatku lupa akan kejatuhan yang pelan-pelan menghampiriku. Keyakinanku padamu, membuatku buta akan perubahan sikapmu. Kepercayaanku yang begitu besar, membuatku menutup segala prasangka miring tentangmu. Hingga tiba di suatu waktu, kamu begitu yakin meninggakanku sedangkan aku begitu yakin kepergianmu hanya untuk sementara, kamu hanya sedang becanda. Kamu akan segera kembali dan mewujudkan mimpi-mimpi kita.

           Apa kabar ? Aku menunggumu di kedai itu. Berharap kamu datang sekedar untuk melepas suntuk. Nyatanya tidak. Kamu pergi tanpa berniat kembali. Kamu benar-benar pergi tanpa berniat memintaku menunggu lagi. Mungkin benar, kemarin itu kamu hanya sedang berbual. atau mungkin kamu hanya butuh pendengar sejati. iya, aku yang cenderung menerima semua rencanamu. Aku yang manut atas apapun yang kamu rancang. dan aku yang cukup bodoh untuk meyakini semua itu.

          Sekarang aku sudah mulai bangkit. Tuhan memang selalu memberi rencana terbaiknya. Memberi petunjuk dalam setiap panjatan doa tahajudku. Memberi kekuatan atas kesertaanNya dalam setiap cobaan menyertaiku. Hey kamu… sekarang kamu boleh kembali menatapku. lihat aku. Aku sudah jauh lebih tegar dari sebelumnya. Aku yang aku pastikan jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku yang tak akan lagi menyia-nyiakan waktuku untuk mempercayai omongan-omongan yang hanya sekedar keluar dari mulut saja. Aku dengan segenap mimpiku. Aku yang senantiasa selalu berdoa agar diberi yang lebih baik dari kamu dalam panjatan tahajudku. Dan bagaimana denganmu ? lebih baik kah ? aku harap kamu tak akan melupakkanku. seperti aku yang tak akan melupakan kejatuhanku karena ulahmu.

————————————————————————————————————————–

Klik Sumber Gambar 

(Ini hanya kisah perempuan dengan mimpinya. Percayalah Mimpi membuatmu lebih kuat sekalipun kamu harus jatuh terlebih dulu)



#nomention
@shintajulianaa


                                       

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here