Aku selalu kagum dengan cara-cara perempuan yang mampu memberikan pemahaman yang baik untuk anak-anaknya. Apalagi di era digital ini. Era di mana semua semakin terasa mudah, diciptakan dengan tujuan mempermudah. Tapi, sama seperti aspek yang lain, kemudahan yang diberikan era digital pun memiliki dua sisi, negatif dan positif. Apabila digunakan dengan berlembihan, dan tidak sesuai pada tempatnya, kemudahan itu akan mengendalikan kita. Sebaliknya, jika kita bisa menggunakannya secara tepat, bisa mengendalikan kemudahan itu, maka kita bisa menjadi tuan untuk diri kita. Tak terkecuali untuk anak-anak. Di mana sekarang generasi youtube dan tik-tok ramai dan mudah diakses, sebagai orang tua, kita harus mampu mengendalikan penggunaannya.

Pernah aku menemukan sebuah karya ibu untuk pengalihan perhatian anak-anaknya terhadap gadget. Dia berusaha menemukan minat anaknya, membiarkan anaknya menemukan apa yang dia suka secara nyata, membiarkan anaknya bergerak. Dia juga membiarkan rumahnya berantakan, dan berharap berantakan yang dilakukan anaknya bisa membuatnya menemukan satu dari beberapa kegiatan yang benar-benar menjadi minatnya. Membiarkannya nimbrung memasak, bikin kue, menulis, membaca, menggambar, bahkan bermain musik.

Aku selalu kagum dengan cara-cara ajaib seorang perempuan, yang ketika menjadi ibu mampu memiliki sabar yang tak terbatas. Sabar untuk mengendalikan amarah, juga lelah. Selamat hari ibu, aku perempuan, dan aku bangga meski baru menjadi separuhnya.
___

Kekaguman itu berlanjut dan mendorongku mengikuti akun ibu-ibu hebat yang memberikan parenting gratis di sosial media. Meskipun aku belum menjadi seorang ibu, mempelajari ilmu parenting adalah langkah dini dalam mempersiapkan diri memasuki dunia luar biasa tersebut. Kesukaanku terhadap dunia perempuan dan ibu, rupanya bersaut juga dengan adanya kesempatan mengikuti talk show kelas literasi digital dari sisternet.

Kelas Literasi DIgital
Hiburan dari anak-anak dalam acara Kelas Literasi DIgital – Ibu cerdas di era digital

Diselenggarakan di Museum Kebangkitan Nasional pada 16 Desember 2018, talkshow kali ini mengangkat tema Ibu Cerdas di Era Digital. Di Talk show kali sisternet menghadirkan empat orang perempuan hebat seperti Shahnaz Haque (Aktris dan pembawa acara), Diah Kusumawardani Wijayanti (founder Belantara Budaya Indonesia , Ketua Perempuan Pelestari Budaya), Monica Kumalasari (Gesture & Micro Expression Specialist) dan Putri Lintang (Group Head People Journey XL-AXIATA). Melalui tema yang diangkat diharapkan para peserta atau perempuan Indonesia menjadi semakin melek teknologi dan dapat dengan cerdas memanfaatkan dampak positif dari perkembangan teknologi digital khususnya bagi tumbuh kembang anak secara psikologis.

Kelas Literasi Digital - Ibu Cerdas di Era digital
Kelas Literasi Digital – Ibu Cerdas di Era digital

Pagi itu salah satu ruangan di Museum Kebangkitan Nasional diisi oleh perempuan-perempuan brekarakter. Dari mulai anak-anak dengan kostum batik yang akan menunjukkan kebolehannya dalam bermusik, tari, atau pentas seni lainnya, ibu-bu hebat yang duduk santai sambil mengamati anak-anaknya, dan empat pembicara luar biasa yang sudah duduk dengan anggun. Yap, acara tersebut tak hanya diisi oleh talkshow ringan, tapi juga menyajikan hiburan menarik dari anak-anak. Aku yang saat itu pun menggunakan batik, turut mengisi kursi kosong di sebelah teman yang sudah datang terlebih dulu.

talkshow ibu cerdas era digital
Narasumber dalam talkshow ibu cerdas era digital

Kunci kebahagiaan anak, ada pada ibu. Itulah penggalan yang menyerap di ingatan. Aku mengiyakan. Memang kebahagiaan anak sangat ditentukan oleh kebahagiaan ibunya. Jika ibunya merasa bahagia, maka dia akan mudah memberikan didikan psikologi, memberikan pengertian-pengertian baik dengan gesture hangat penuh kasih, semua dilakukan dengan hangat dan anak akan sangat merasa disayangi. Perasaan merasa dicintai, dan disayangi inilah yang akan mendorong anak bahagia. Seorang anak dengan lingkungan bahagia, akan membuatnya tumbuh menjadi anak yang peka, hangat, cerdas dan punya kepedulian sosial.

Kekagumanku terhadap sosok perempuan terlebih ibu, tak hanya berhenti pada kemampuannya menahan emosi, menahan setiap lara. Agar yang tampak bukan luka tapi bahagia. Aku jadi teringat dengan sosok yang ku temui di sosial media. Seorang ibu dengan tiga anak dari pria sukses yang baru ku kenal beberapa bulan lalu. Seorang ibu kuat, tegar, tapi juga seorang istri yang sangat rapuh.

Problematika rumah tangga, memang selalu menjadi pasang surut atau bahkan warna bagi bahtera rumah tangga. Layaknya sebuah perahu, lautan kehidupan tak selalu memberinya air tenang tapi kadang justru air ombak beriak yang siap menenggelamkan. Kekagumanku terhadap sosok itu dimulai dengan kekagumanku terhadap cara didikannya yang sangat relatable dengan kondisi di era digital.

Kekaguman itu memuncak, saat aku tahu hubungan dengan suaminya tak berjalan baik. Tapi, dia berusaha menutupinya dari semuanya tak terkecuali anaknya. Konflik hubungannya dengan ayah anak-anak ia telan sendiri. Berusaha tetap menyunggingkan senyum bangga dan hormat kepada suami dengan segala kelakuannya di luar.

Aku terhenyak. Ombak luar biasa itu dia telan sendiri. Perempuan ketika menjadi seorang ibu harus punya kekuatan 10 bahkan 1000x lipat dari sebelumnya. Kekuatan untuk menghindarkan anak-anak dari perasaan tidak bahagia. Kekuatan untuk tetap dan selalu memberikan perasaan dan pengertian terbaik dalam segala suasana. Jika bisa memberikan apresiasi nyata, aku ingin bertemu dan memeluk perempuan itu dengan lekat.

Kembali ke ruangan di Museum Kebangkitan Nasional, aku menemukan banyak penggalan kata yang cukup menamparku keras “siapkah aku menjadi seorang ibu?”. Tak hanya tentang tanggungjawab rasa, ada tanggungjawab didikan luar biasa yang Allah titipkan dalam perjalanannya. Didikan moral, didikan pelajaran, yang harus disampaikan dengan bahasa anak, sesuai kapasitas, sesuai dengan karakter, dan bahasa setiap anak.

Ilmu yang sangat bermanfaat memang bisa kita dapat dari manapun. Termasuk dari talkshow yang diselenggarakan sisternet. Program-program sisternet memang didedikasikan khusus untuk perempuan Indonesia. Program-programnya pun dilakukan secara komprehensif dan mampu menjangkau masyarakat hingga ke pelosok-pelosok daerah.

Selama ini program sisternet menyelenggarakan kelas-kelas pemberdayaan perempuan yang disebut sisternet academy dengan cara tatap muka langsung. Peserta bisa mengikuti kelas-kelas yang terbagi dalam kategori literasi digital, kreatif inspiratif dan apaatur negara. Tak hanya itu, Program-program edukasi sisternet juga dilakukan melalui sosial media.

Peluncuran Modul pintar sisternet
Peluncuran Modul pintar sisternet. DIrjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian dan Informatika, Rosarita Niken Widiastusi (kiri) bersama Group Head corporate Communication XL Axiata (kanan).

Saat ini , berkat dukungan dari XL Axiata Tbk, sisternet sudah memiliki modul pintar berbasis online. Tepat pada 22 Desember 2018, XL axiata Tbk meluncurkan modul belajar program sisternet berbasis online. Diharapkan dengan adanya sarana baru bernama “Modul Pintar Sisternet”, masyarakat luas terutama kaum perempuan bisa mendapatkan materi belajar mengenai berbagai hal, erat kaitannya dengan aktivitas mereka, baik di rumah, di tengah masyarakat, maupun di dunia kerja. Peluncuran modul pintar ini pun mendapat dukungan penuh dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

Modul pintar sisternet bisa diakses melalui alamat www.sisternet.co.id/modulpintar. Masyarakat pengguna bisa mendapatkan berbagai modul belajar dalam format audio dan video. Modul ini bisa diakses melalui berbagai perangkat digital, baik komputer, tablet, juga smartphone.

Semoga dengan adanya modul pintar sisternet, perempuan Indonesia semakin mendapatkan edukasi terbaik termasuk dalam hal cara mendidik anak. Perempuan, kita kuat. Ibu, kamu hebat. Selamat hari ibu, untuk perempuan Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here